Wednesday, February 14, 2018

Menghadapi anak remaja yang sedang jatuh cinta

MENGHADAPI ANAK REMAJA YANG SEDANG JATUH CINTA.


Masa remaja, yang terjadi pada usia 13-18 tahun merupakan salah satu masa muda yang menarik dan unik bagi kehidupan manusia karena di masa itu akan begitu banyak cerita kehidupan yang akan mempengaruhi masa depan seorang manusia. Secara perkembangan psikis, anak remaja (SMP & SMA) akan memiliki rasa ingin tahu dan keinginan yang besar untuk menunjukkan jati diri & mengatur dirinya sendiri, lebih dari pada saat usia sekolah dasar.
Mereka memiliki kepercayaan diri (self confidence) dan harga diri (self esteem) secara pribadi dalam menata keinginan serta arah hidupnya. Hal ini tentu adalah hal yang baik, namun perlu disadari bahwa mereka belum cukup matang untuk mengambil sebuah keputusan, apalagi yang bersifat krusial dan penting. Anak-anak remaja cenderung mengambil keputusan secara emosional atau berpikiran dengan sederhana, artinya apa yang mereka akan putuskan dalam tindakan, sering kali belum dipikirkan dengan matang dan tidak melihat berbagai sisi dengan teliti serta tidak diimbangi dengan pertimbangan tentang akibat tindakan tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengalaman hidup dan pengetahuan sehingga seringkali timbul dampak negatif bagi kehidupan mereka.
Dalam tulisan kali ini, saya ingin mengajak orangtua untuk bijaksana dalam menghadapi anak remaja (Usia SMP & SMA) yang sedang jatuh cinta. Sebagai orangtua pada masa kini, kita harus lebih berhati-hati dalam berkata dan bertindak ketika mengetahui anak remaja kita sedang jatuh cinta.
Secara pribadi, saya memiliki prinsip dan pandangan bahwa anak remaja, terutama usia SMP belum saatnya untuk berpacaran, namun kenyataan saat ini, sudah banyak sekali anak SMP yang sudah berpacaran.

Untuk membaca lengkap artikel ini, anda dapat klik ke judul di atas, "Menghadapi anak remaja yang sedang jatuh cinta" atau klik Read More di bawah ini ...........

Melihat kondisi ini, maka sebagai orangtua, mungkin kita bisa melakukan beberapa langkah praktis ketika mengetahui anak kita sedang jatuh cinta kepada lawan jenisnya, yaitu :

1. Pendampingan dan mentoring.
Sebagai orangtua, kita harus mengerti posisi kita. Hal pertama yang seharusnya kita lakukan adalah menempatkan diri sebagai seorang pendamping atau pembimbing bagi anak remaja. Orangtua harus ingat bahwa anak remaja bukan lagi anak balita atau anak usia sekolah dasar. Mereka cenderung mengambil sikap tertutup dan malas bercerita apabila mereka merasa orangtua tidak mengerti dan memahami mereka dengan baik dan semestinya. Seringkali mereka tidak bisa lagi di dikte seperti seorang anak kecil, sebab itu kita perlu melakukan tugas pendampingan dan pembimbingan (mentoring) ketika mereka jatuh cinta.
Dalam kondisi demikian, apabila memungkinkan, orangtua memberikan pengertian bahwa jatuh cinta adalah hal wajar, namun tidak perlu dulu berpacaran mengingat usia yang masih sangat muda dan memiliki hal lain yang lebih prioritas yaitu studi atau kuliah yang akan dijalani olehnya.
Namun, berdasarkan pengalaman saya dalam dunia anak remaja saat ini, yang telah terpengaruh dengan film, kondisi media sosial dan gaya pergaulan lingkungan anak remaja, maka hanya sedikit anak remaja yang mampu tidak berpacaran, apalagi jikalau kedua-duanya punya perasaan yang sama.
Sebab itu, hal terbaik adalah orangtua mampu membuat mereka terbuka mengenai apa yang sedang mereka hadapi. Saat mereka sudah merasa nyaman dan percaya dengan orangtuanya, maka niscaya keterbukaan akan terjadi, sehingga orangtua dapat memberikan bimbingan dan pendampingan.
Pelarangan secara sepihak seringkali tidak efektif, apalagi bila mereka merasa tidak ada yang salah dengan kondisi mereka. Banyak orangtua melarang anak remaja mereka dengan perkataan, tindakan bahkan ancaman tertentu, namun biasanya tidak banyak anak yang sungguh-sungguh taat kepada orangtua mereka, sehingga mereka akan berpacaran di belakang kita atau secara diam-diam, sehingga justru hal ini akan menimbulkan persoalan yang lain.
Salah satu akibat bila orangtua melakukan tindakan pelarangan yang salah adalah anak akan menutup dirinya terhadap kita. Maka, hal yang terbaik bila orangtua mengetahui anak mereka sedang jatuh cinta atau sudah menjalani pacaran sebelum waktunya adalah menerapkan pendampingan dan pembimbingan. Tujuan akhir pendampingan dan pembimbingan adalah sang anak mampu membuat keputusan sendiri untuk tidak mau berpacaran dulu, jika memang belum waktunya, atau kalau sudah dijalani, maka tujuan pendampingan adalah menjaga mereka berdua agar tetap dalam batasan yang seharusnya.

2. Diskusi dan sharing pengalaman sebagai orang yang pernah jatuh cinta.
Orangtua dapat berbagai cerita mengenai masa lalu mereka ketika masa remaja. Mungkin mereka dapat bercerita mengenai perasaan dan pengalaman ketika mereka jatuh cinta di SMP atau SMA, atau bila mereka tidak pernah jatuh cinta di masa itu, karena zaman dan generasi yang berbeda, atau karena budaya "tidak umum anak remaja berpacaran", maka orangtua dapat menyampaikan perasaan tentang pertama kali mereka jatuh cinta, atau membagikan pengalaman saat jatuh cinta dengan pasangan mereka saat ini.
Bagi pasangan orangtua yang bercerai, mungkin dapat disharingkan tentang kegagalan pernikahan ini. Memang hal ini akan menyakitkan, namun melalui diskusi dan sharing pengalaman kegagalan membangun rumah tangga yang ideal, kita ingin anak kita belajar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama, entah dalam hal memiliki pasangan hidup ataupun dimensi kehidupan yang lain, misalnya kegagalan dalam pekerjaan, dan lain-lain.
Mungkin beberapa hal berikut dibawah ini dapat menjadi bahan diskusi dan sharing antara orangtua dengan anak remaja, yaitu :
a. Masa muda punya waktu yang cukup panjang. 
Ada baiknya orangtua menyampaikan pemahaman kepada anak remaja untuk tidak perlu terburu-buru "berpaut" hanya kepada satu orang saja. Remaja perlu sadar bahwa lingkup pergaulan mereka akan semakin luas ketika mereka sudah kuliah atau bekerja, dan mereka akan menemukan lebih banyak lagi jenis kepribadian yang menarik sehingga mereka memiliki kesempatan yang lebih luas untuk menemukan orang yang tepat, yang akan menjadi pasangan hidup mereka.
b. Keseriusan urusan pacaran.
Sebaiknya anak remaja mengetahui bahwa jatuh cinta bukanlah hal yang sepele dan hanya sebuah permainan.  Anak remaja perlu mengetahui bahwa apabila mereka tidak memiliki sikap bersungguh-sungguh, dan hanya main-main, maka akan ada yang terluka, dan perasaan melukai hati orang lain itu adalah hal yang tidak baik.
Memang di masa remaja ini, orangtua jangan juga mendoktrinisasi bahwa kalau anak remaja mereka sudah berpacaran, maka dia musti "serius seperti akan segera menikah". Bukan hal itu yang harus disampaikan dan diajarkan ke anak, namun berilah pemahaman bahwa masa pacaran adalah fase penting dalam hidup mereka sehingga mereka tidak boleh "mempermainkan" masa hidup di bagian ini.
c. Akibat pacaran yang belum waktunya.
Orangtua perlu berdiskusi dengan anak remaja mengenai akibat yang mungkin timbul bila mereka pacaran saat ini (terutama di masa SMP), seperti misalnya keterbatasan ruang gerak pergaulan dan tindakan mereka, adanya tanggung jawab secara pribadi dan sosial terhadap sang pacar ataupun keluarganya.
Saya pernah menemukan adanya penolakan persahabatan terhadap anak-anak yang mulai pacaran di sekolah.
Seorang anak remaja perlu mengetahui bahwa menjalani relasi pacaran itu memiliki konsekuensi dan tanggung jawab, dan bila memang belum waktunya, sebaiknya dia menunda dulu menjalani relasi ini.

3. Jangan Memaksa Kehendak anda kepada anak.
Saya percaya setiap orangtua ingin melindungi anak remaja mereka dari berbagai kemungkinan atau peristiwa yang bisa menghancurkan hidup mereka, yang mungkin salah satunya adalah pacaran di usia remaja. Memang banyak sekali kasus anak remaja yang berpacaran telah melakukan hubungan seks pranikah, sehingga persoalan ini bisa menghancurkan masa depan sang anak, terutama seorang anak putri.
Situasi inilah yang sering memicu orangtua bertindak memaksa kehendak mereka, karena menurut mereka, apa yang orangtua pikirkan dan lakukan adalah hal yang terbaik bagi anak remaja mereka. Saya percaya orangtua memang ingin yang paling baik bagi anak remaja mereka, namun bila "hal terbaik" tersebut disampaikan atau dilakukan dengan cara dipaksakan kepada anak remaja, seringkali yang terjadi adalah anak remaja akan memberontak (mengingat fase perkembangan pribadi sebagai anak remaja), sehingga relasi dan komunikasi akan terganggu serta akan memberikan hasil akhir yang tidak baik.
Maka, bila memang anak remaja kita sudah berpacaran, hindarilah memakai cara-cara pemaksaan kehendak, namun gunakan cara pendekatan yang konstruktif.

4. Penyesuaian diri orangtua
Sebagai orangtua yang hidup di zaman ini, kita perlu ingat bahwa masa remaja kita bukan zaman ini, sehingga antara orangtua dan anak, terbentang jarak waktu yang signifikan. Jarak waktu ini menghasilkan keberbedaan, sehingga dengan kondisi ini, orangtua perlu belajar terus menerus untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan cara kontekstual saat ini. Orangtua sering kali terjebak untuk menasehati atau membimbing dengan contoh dan nasehat di masa muda mereka, atau hal-hal yang sudah bersifat "kadaluarsa". Misalnya, Saat orangtua pacaran, surat menyurat masih merupakan cara favorit, namun saya yakin, menulis surat cinta pada selembar kertas sudah tidak dilakukan lagi. Saat ini, mungkin untuk melakukan segala urusan kehidupan manusia, semua sudah mengunakan "E" : E-mail, E-Book, dll.
Melihat perubahan dan perkembangan zaman inilah, maka bila orangtua ingin menasehati atau memberi bimbingan bagi anak remaja, gunakanlah cara dan sikap yang sesuai dengan kondisi zaman dan anak remaja mereka (kepribadian, karakter, situasi). Bila kita mengabaikan hal ini, maka yakinlah, anak anda tidak akan pernah mendengarkan anda karena nasehat anda tidak kontekstual dan tepat guna sehingga tujuan anda yang baik tidak akan tercapai.

5. Berdoa untuk anak anda.
Ini  bukan hal yang terakhir, namun hal yang terpenting. Saya menempatkan hal ini sebagai point ke lima karena saya ingin mengajak kita berpikir bahwa semua point di atas, bisa saja tidak menghasilkan hal yang sesuai dengan harapan kita, maka orangtua perlu mengambil waktu yang khusus dan kontinuitas untuk berdoa bagi anak remaja, bahkan bila anak remaja sudah berpacaran, berdoa jugalah bagi pacarnya tersebut.
Inti yang ingin saya garis bawahi dalam hal ini adalah mari kita memiliki sikap berserah dan mengandalkan ALLAH saat anak kita melewati fase kehidupan mereka, terutama di masa remaja.
Dalam doa, mari kita memohon ALLAH turut campur tangan dalam memberikan pengertian dan hal yang terbaik bagi anak remaja kita.

SELAMAT MENIKMATI MASA MENDAMPINGI & MEMBIMBING ANAK REMAJA ANDA.