MELATIH ANAK-ANAK KITA MENJADI ANAK YANG SOPAN.

Untuk membaca lengkap artikel ini, anda dapat klik ke judul di atas, "Melatih anak-anak kita menjadi anak yang sopan" atau Read More di bawah ini .....................
Kalimat Firman Tuhan tersebut adalah kalimat perintah. Bukan permohonan, permintaan ataupun sebuah pilihan bagi kita. Firman Tuhan tersebut menegaskan sebuah perintah bagi seorang anak agar senantiasa menghormati dan bersikap sopan terhadap orangtuanya dalam keadaan dan situasi apapun juga. Mungkin orang bisa bertanya, bagaimana kalau orangtua dari sebuah keluarga adalah orangtua yang tidak baik, atau menyuruh sang anak berbuat hal-hal yang tidak baik, misalnya mencuri, apakah sang anak harus tetap menghormati dan bersikap sopan kepada orangtuanya? Sekali lagi saya berkeyakinan YA. Sang anak tersebut tetap harus menghormati dan bersikap sopan kedua orangtuanya. Bila memang orangtua menyuruh melakukan tindakan yang tidak baik, itu tidak berarti anak tersebut boleh bertindak sesuka hatinya, misalnya melecehkan orangtua.
Kita harus mampu membedakan antara perbuatan (aksi) dan sikap terhadap orangtua. Bila kita di suruh mencuri, tentu kita dapat menolak untuk melakukannya, namun tetap menaruh hormat dan sikap sopan karena status mereka sebagai orangtua. Kita harus mengerti, bahwa orangtua adalah perwakilan Allah dalam hidup seorang anak.
Orangtua adalah perwakilan Allah dalam proses pendidikan bagi kehidupan kita. Orangtua merupakan perwakilan Allah di dunia untuk mendidik kita mencapai tujuan keberadaan kita di dunia.
Dengan pemahaman demikian, maka hari ini seharusnya kita berusaha berperan sebagai orangtua yang sungguh-sungguh dapat menjadi wakil Allah, dan salah satu cara untuk mewujudkan peranan orangtua tersebut adalah mengajarkan sikap kesopanan bagi anak-anak kita. Menyadari betapa penting peranan demikian, maka saya dan istri selalu berusaha bertindak dengan perilaku yang sopan.
Demi mencapai tujuan tersebut, ada beberapa kebiasaan yang harus kami segera ubah, misalnya mengatakan kalimat, "gila ya" atau memanggil "gendut" satu terhadap yang lain. Kami berusaha mengajarkan kepada anak kami kebiasaan dan perilaku yang sopan, agar ia dapat mengadopsinya sebagai contoh dan teladan. Belajar melalui pengalaman demikian, mungkin ada beberapa langkah praktis yang dapat kita lakukan sebagai orangtua agar anak kita tumbuh menjadi anak yang sopan dan berbudi pekerti baik, diantaranya :
1. Hadirkan diri kita bagi anak semaksimal mungkin.
Saya yakin kita semua adalah pribadi yang sibuk, bahkan terkadang super sibuk dan selalu merasa bahwa waktu ini tidak cukup. Bangun pagi dengan berbagai kepadatan rencana aktivitas, dan tenggelam dalam tanggung jawab sampai matahari terbenam, bahkan terkadang bintang-bintang dan bulan menemani kita sampai jam dinding kita berbunyi menunjukkan fajar segera akan tiba. Memang hidup di jaman ini seringkali menuntut diri kita untuk tidak pernah membuang waktu sedetikpun, dan berusaha mengejar semaksimal mungkin kesempatan yang ada, namun apapun alasan kita hari ini, ingatlah bahwa kehadiran kita jauh lebih penting dan urgent bagi buah hati kita. Jangan sampai kita terlambat. Tentu kita sadar bahwa waktu ini begitu cepat berlalu. Jangan sampai suatu hari, sikap dan perkataan yang tidak sopan keluar dari mulut anak yang ditujukan kepada kita, baru kita sadar bahwa kita kurang maksimal dalam mendidik dan mendampinginya serta mengajarkan sikap dan etika yang seharusnya bagi dia. Saat itu mungkin sudah terlambat. Sebab itu, sebelum "nasi menjadi bubur", luangkan waktu dan perhatian lebih banyak kepada "nasi" tersebut, berikan "takaran air" yang cukup dan "masak" dengan bertanggung jawab.
Ketika kita memiliki lebih banyak waktu dan perhatian, maka sewaktu sang buah hati berlaku tidak sopan, kita dapat memakai moment tersebut untuk memberikan penjelasan bagaimana yang seharusnya.
"Berkumpul bersama adalah sebuah awal. Tetap bersama adalah kemajuan. Bekerja bersama adalah kesuksesan". Hendry Ford.
Hal terbaik untuk dihabiskan pada anak anda adalah waktu anda. Jika anda ingin perang dengan narkoba, pornografi dan perilaku buruk, perbanyaklah duduk bersama dengan anak anda.
2. Bahaslah peraturan-peraturan keluarga.
Saya teringat Josh, anak kami yang berumur 4 tahun (2011) juga bukan tipe anak yang selalu berkelakuan manis dan sopan. Ada kalanya, ia memang sangat sopan dan berperilaku baik, namun ada masanya ia bisa berkata,"nanti saya tendang kamu", dan terkadang benar-benar ia lakukan. Entah belajar dari mana. Perilaku lain yang tidak kami inginkan adalah berteriak-teriak atau menangis dengan suara yang nyaring, bahkan ada kalanya ia memakai senjata, "menangis disertai muntah", bila ia tidak mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Memang ia tidak pernah meraung-raung atau berguling-guling di lantai, namun kami melihat bahwa essensi sikapnya yang demikian adalah faktor keegoisan dan ingin menguasai orang lain. Bila hal ini dibiarkan, maka sikap demikian akan tumbuh menjadi tabiatnya. Oleh karena itu, kami harus mendidiknya. Ia harus tahu bahwa itu adalah perilaku yang buruk dan tidak sopan.
Maka biasanya, saya mengendong dan memangkunya sambil memeluknya, saya mulai menjelaskan bahwa perilakunya itu adalah perilaku yang buruk. Kami sebagai orangtuanya tidak menginginkan ia bertingkah laku demikian. Kami jelaskan dengan nada lembut namun penuh ketegasan bahwa kami tidak bisa mentoleransi dan menerima bila ia bertindak tidak sopan. Terkadang kami harus mengambil waktu yang agak panjang untuk menjelaskan kemauan kami, namun itu bukan masalah karena kami tahu itu sangat penting. Kami perlu memaparkan kemauan, sikap yang baik dan sopan yang kami inginkan. Kami memberikan ia waktu untuk berpikir dan menuntutnya meminta maaf bila telah bersikap tidak sopan dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
Fakta yang kami dapatkan, ia mengerti kemauan kami, ia mengerti peraturan di keluarga kami dan ia belajar untuk semakin baik.
3. Memuji dan dukung anak kita dengan proporsional.
Saya tumbuh dengan seorang ayah yang hampir tidak pernah memuji dan berkata baik "bagus nak". Saya tidak menyalahkan beliau karena saya tahu bahwa beliau juga tumbuh dalam situasi demikian, terlebih pada era beliau, mungkin setiap orangtua tidak tahu bagaimana cara atau memiliki kebiasaan untuk menyatakan pujian.
Saat saya mensharingkan hal ini, saya tidak bermaksud tidak sopan dan tidak menghormati ayah saya, namun pengalaman masa kecil sampai dewasa ini begitu membekas, bahkan membentuk sebagian perilaku saya, yaitu sangat sulit untuk memuji orang lain. Kebiasaan buruk yang terus coba saya ubah adalah susah untuk bertepuk tangan sebagai bentuk penghargaan untuk orang lain. Sampai hari ini, saya masih harus terus belajar.
Saat saya mensharingkan hal ini, saya tidak bermaksud tidak sopan dan tidak menghormati ayah saya, namun pengalaman masa kecil sampai dewasa ini begitu membekas, bahkan membentuk sebagian perilaku saya, yaitu sangat sulit untuk memuji orang lain. Kebiasaan buruk yang terus coba saya ubah adalah susah untuk bertepuk tangan sebagai bentuk penghargaan untuk orang lain. Sampai hari ini, saya masih harus terus belajar.
Saya jadi teringat dengan pengalaman Prof. Yohanes Surya. Dalam salah satu pertemuan, beliau bercerita bahwa beliau memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan. Kalau saya tidak salah ingat, saat itu beliau duduk di tingkat SMA. Ketika ada tes untuk menjadi anggota paduan suara, guru memberi penilaian bahwa beliau tidak berbakat dalam bidang seni suara dan musik, sehingga penilaian tersebut dianggap oleh beliau sebagai suatu kebenaran. Maka, beliau tidak pernah lagi mencoba menekuni bidang seni musik, namun dalam kesempatan tes bakat di tahun-tahun berikutnya, beliau mendapati hasil bahwa bakat beliau yang terbesar bukan di bidang fisika namun di bidang musik. Sebab itu mari kita ingat, celaan dapat membunuh kreatifitas dan semangat, namun pujian akan melipatgandakan kemampuan seorang manusia.
Oleh sebab itu, bila kita ingin memiliki anak yang berperilaku sopan, jangan segan-segan dan pelit untuk memujinya ketika ada tindakan yang baik darinya. Pujian tersebut adalah reward (penghargaan) yang tak ternilai, melebihi pemberian hadiah dalam bentuk barang yang mungkin bernilai jutaan rupiah.
Tetaplah memberikan pujian sekalipun ia mungkin belum sesuai dengan standar yang kita harapkan.
SELAMAT MENDIDIK ANAK ANDA. YAKINLAH, USAHA YANG SUNGGUH-SUNGGUH TIDAK AKAN MEMBERIKAN HASIL YANG MENGECEWAKAN.