MENYUSUN PUZZLE KEHIDUPAN ANAK KITA.
Mata saya terus mengikuti apa yang sedang dikerjakan oleh putra kami. Saya memperhatikan mimik wajah Josh yang selalu berubah takkala ia mengambil potongan demi potongan puzzle yang sedang ia susun. Tangannya yang kecil berusaha keras mencocokkan setiap potongan puzzle tersebut dengan gambar yang disediakan dalam buku cerita dipegangnya. Mata dan seluruh organ tubuhnya difokuskan untuk menyelesaikan susunan puzzle tersebut. Berbagai reaksi timbul selama ia mengerjakan puzzle tersebut, ada kalanya ia frustasi dan berkata dengan suara keras, "Bagaimana ini?", namun ada kalanya ia tersenyum ketika potongan demi potongan puzzle dapat ia letakkan tepat pada tempatnya.
Melihat apa yang sedang dilakukan oleh anak kami, Josh, saya mulai memikirkan kondisi dan peran kita sebagai orangtua bagi anak-anak kita. Mungkin apa yang sedang dikerjakan oleh Josh dapat memberikan kepada kita gambaran mengenai tugas dan tanggung jawab kita sebagai orangtua. Saya mulai membandingkan antara menyusun potongan puzzle dengan mendidik dan membesarkan anak kita di jaman post millenium ini. Kita seakan-akan sedang berusaha menyusun potongan puzzle kehidupan anak kita. Saya memikirkan bahwa Allah telah menetapkan rencana yang terbaik dan terindah bagi anak kita. Hal ini juga berlaku bagi diri kita.
Untuk membaca lengkap artikel ini, anda dapat klik ke judul di atas, "Menyusun puzzle kehidupan anak kita" atau klik Read More di bawah ini .....................
Allah pasti telah memilih dan memberikan tujuan kehidupan bagi anak kita. Dalam kemahakuasaan dan kemahatahuanNya, Ia telah menetapkan tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh anak kita. Allah telah menetapkan sebuah gambaran yang utuh dan sempurna mengenai anak kita. Itulah sebabnya, setiap anak yang lahir diperlengkapi Allah dengan bakat, talenta, minat, kemampuan, temperamen, termasuk kondisi phisikal demi mendukung pencapaian tujuan kehidupannya. Dengan demikian, Allah tidak menghendaki kita sebagai orangtua menyusun dan membentuk anak kita menjadi siapa menurut orang lain ataupun menurut kehendak dan impian diri kita. Peran sentral orangtua adalah berusaha menyusun potongan puzzle seorang anak menjadi susunan yang utuh sehingga membentuk sebuah gambar yang sesuai dengan rancangan dan kehendak Allah. Ketika kita mampu menyusun dan menemukan rancangan dan panggilan yang Allah berikan kepada anak kita, maka kita akan mampu membimbing ia memaksimalkan makna, potensi dan karunia di dalam dirinya sehingga ia akan tampil sebagai pembawa berkat bagi sesamanya.
Saya percaya kita tidak ingin anak kita berkembang menjadi seorang yang hanya bertujuan "mengisi fisiknya dengan sebuah posisi atau jabatan" di sebuah perusahaan. Sebagai orangtua kita musti mengingatkan diri kita terus menerus bahwa kehadiran anak yang Tuhan berikan kepada kita tidak bertujuan untuk memenuhi angan-angan orangtuanya, mendapatkan target dan upah yang sesuai dengan harapan kita, memenuhi ekspektasi-ekspektasi keluarga dan masyarakat, menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas untuk mencari uang dan kedudukan sebanyak-banyaknya, ataupun memfokuskan seluruh potensi dirinya untuk melaksanakan amanat leluhur, tetapi seorang anak harus dibimbing untuk tumbuh dan mendapatkan panggilannya yang hakiki dari sang pencipta.
Sebagai orangtua Kristen, kita harus membimbing anak kita untuk menjadi pengikut Kristus. Saya percaya, Allah ingin kita membawa anak kita kepada Kristus Yesus dan menerima perkataan Kristus, "Ikutlah Aku.".
Saya tidak tahu apakah kita sebagai orangtua merasakan hal ini, yaitu bahwa saat ini, kita hidup di jaman yang memiliki warna abu-abu dan penuh dengan kekacauan moral, etika dan setiap aspek kehidupan. Saya bukanlah orang yang pesimis dengan dunia kita hari ini, namun dalam pengertian saya, dunia yang kita jalani hari ini jauh lebih kacau dan semakin sukar seperti yang disampaikan dalam 2 Timotius 3:1-9, " Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar, manusia akan mencintai dirinya sendiri, dan menjadi hamba uang. Mereka akan membuat dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orangtua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama.......(dan seterusnya, ada baiknya kita melihat dan merenungkan secara pribadi bagian Firman Tuhan ini)."
Memikirkan semua hal di atas, maka sebagai orangtua, mungkin ada hal praktis yang dapat konsisten kita lakukan terhadap anak kita demi tujuan Allah dalam dirinya, yaitu :
1. Meluangkan waktu TERBAIK sebanyak mungkin bagi anak.
Seringkali saya mendengar ada orang berpendapat bahwa bagi anak atau keluarga kita, kita harus lebih meluangkan waktu kualitas daripada waktu kuantitas. Saya menangkap maksudnya adalah bahwa kita tidak perlu selalu meluangkan waktu kita, atau kita tidak harus memberikan waktu sebanyak-banyak bagi anak kita. Kita cukup memberikan waktu sedikit namun berkualitas. Artinya, dalam waktu yang sedikit dan singkat, kita harus menjadikannya sebagai waktu yang memiliki kualitas. Namun ijinkan saya tidak menyetujui pendapat ini. Mungkin bila dibanding waktu yang banyak namun tak berkualitas, hal ini tepat. Namun saya merasa bahwa seharusnya semua waktu yang diberikan kepada anak saya adalah waktu kualitas yang terbaik. Dalam waktu-waktu yang kami lewati, ada saatnya kami bercanda, bermain ataupun terdiam dan masing-masing sibuk atau fokus kepada pekerjaannya, namun waktu itu tetap waktu berkualitas. Karena disanalah tercipta kebersamaan dan ikatan batin yang lebih dalam. Seperti contoh di awal tulisan ini, saat anak saya menyusun puzzle, saya tidak ikut terlibat, dan ia memang sibuk pada kegiatannya. Namun, saya melihat bahwa itu juga waktu yang berkualitas.
Dengan memiliki dan memberikan waktu terbaik sebanyak-banyaknya kepada anak kita, kita memiliki kesempatan yang cukup untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk dan berhasil mengidentifikasi susunan yang tepat mengenai puzzle kehidupan anak kita. Saya memang tidak setuju bila ada orangtua yang berdalih mau memberikan waktu sebanyak-banyaknya kepada sang anak sehingga tidak mau bekerja. Saya menemukan orang yang demikian, dan bagi saya, maaf, itu adalah sebuah bentuk kemalasan. Saya percaya, anda sebagai orangtua dapat membedakan antara memberikan waktu sebanyak-banyaknya dengan kemalasan bekerja. Janganlah kita menginvestasikan habis waktu yang kita miliki untuk mendapatkan kenyamanan dunia ini, hindarilah keserakahan mencapai kekayaan dan kedudukan. Investasi waktu kita kepada anak memang akan mengurangi kesempatan kita mendapatkan kekayaan, ataupun kemungkinan pencapaian kedudukan yang lebih bergengsi dalam perjalanan karir kita.
Marilah kita ingat dan pegang selalu, investasi kita yang teramat penting dan berharga hanya satu, melihat anak kita menemukan dengan tepat tujuan kehidupannya. Ketika momen itu datang, maka kita akan melihat ia hidup dalam kebahagiaan yang berlimpah, dan sukacita anak akan menjadi penghapus derita dan uraian air mata kita bertahun-tahun.
2. Teruslah memotivasi dan membimbing sekalipun berada di jalan buntu.
Sebagai orangtua, kita harus menjadi pribadi yang tangguh dalam menyusun puzzle kehidupan anak kita. Mungkin kita dapat menggunakan seluruh pengetahuan dan pengalaman kita untuk menolong anak kita berada dalam track gambar kehidupannya. Namun situasi terkadang berada di luar kendali dan kemampuan kita, dan kita terbatas untuk mengatasinya. Saat itulah, frustasi akan melanda diri kita. Bila situasi demikian berada di ambang pintu hati kita, marilah kita segera mengambil sikap terus berjuang. Perkataan "aku bisa" dapat kita lanjutkan dengan tambahan kalimat "...karena Allahku luar biasa." Ingatlah Lukas 1:37, "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
Kita mengerti, Allah mendampingi kita bekerja keras menyusun puzzle kehidupan anak kita. Ya..kita harus bekerja keras. Sikap yang terbaik ketika menghadapi kebuntuan adalah tetap berpegang pada tangan Allah yang kuat dan melanjutkan kerja keras kita. Semua orang yang mendapatkan hasil yang baik pasti melalui kerja yang keras.
Michelangelo pernah berkata, "..seandainya orang-orang tahu betapa kerasnya saya bekerja untuk menguasai keterampilan saya, maka keterampilan saya tidak akan tampak mengagumkan."
Di dunia ini tidak ada yang instant. Kita tidak dapat menyusun puzzle dan membimbing anak kita seperti melewati suatu penjurian acara TV pencarian bakat. Anak kita bukanlah bintang-bintang yang akan selalu tampil dalam panggung yang gemerlapan, namun mungkin saja Tuhan menempatkannya dalam kesunyian hiruk pikuk kehidupan manusia. Orangtua tidak diharapkan menonjolkan tugas sebagai juri yang memberikan nilai, masukan serta kritik bagi seorang anak. Orangtua yang bijaksana akan mengedepankan tugas sebagai mentor yang memberikan teladan, gembala yang menuntun dan memelihara serta duta Allah bagi anak-anaknya. Panggung pentas TV pencari bakat tertentu memang bagaikan magnet bagi orang-orang muda dan orangtuanya. Mungkin ribuan orangtua berusaha dengan susah payah demi anak mencapai ketenaran dalam waktu yang singkat. Kita dapat menyaksikan betapa banyak orangtua berusaha "menyusun puzzle" anaknya dengan cara singkat dan cepat. Satu fakta yang terjadi di depan kita, para juara ataupun finalis dari acara-acara demikian harus puas ketika hanya di kenal di acara demikian, dan selanjutnya, maaf, perlahan dilupakan orang. Saya percaya kita tidak ingin anak kita mengalami hal demikian. Kita ingin, anak kita mampu menjadi pembawa inspirasi yang kekal bagi kehidupan orang lain. Kita berdoa supaya melalui kehidupan anak kita akan lahir kehidupan bagi orang lain. Itulah tujuan mulia dalam kehidupan ini.
Untuk itulah, orangtua harus terus dan tiada henti menjadi penyemangat bagi anak-anaknya. Bila saat kita lemah dan mengalami jalan buntu dalam memotivasi buah hati kita, saya mengusulkan kita segera belajar dari orang lain, para pelukis sejarah dan pelopor kehidupan, entah itu melalui perkataan ataupun tindakannya. Kita bersyukur di jaman ini, kita jauh lebih mudah mendapatkan banyak informasi mengenai kehdiupan orang lain yang memberikan inspirasi.
Lihatlah sebuah kebuntuan atau ketidakberdayaan sebagai suatu kesempatan untuk maju dan mengukir prestasi dalam kehidupan. Seorang buta, bisu dan tuli bernama Hellen Keller pernah berkata, "Saya bersyukur kepada Allah atas cacat-cacat saya. Karena lewat cacat-cacat saya itulah saya telah menemukan diri saya, karya saya dan Allah saya."
Dalam kebuntuan dan mungkin ketidakpastian situasi di luar kontrol kita, sebagai orangtua Kristen, kita harus mampu menghadirkan perspektif baru dan bersemangat menjalani cara pandang yang baru tersebut serta menghidupinya dengan energi yang baru. Ketika mengalami kebuntuan, jangan mengambil sikap "lari dan melepaskan" segalanya, tetapi pilihlah dan putuskan untuk tetap mempercayai Allah dengan lebih penuh iman dan bersandar kepada rencana dan rancangannya yang melampaui langit kita, dan fokus kepada apa yang ingin Allah sampaikan kepada kita.
SELAMAT MENJADI SEORANG MENTOR(PEMBIMBING,PENGAYOM) YANG SPESIAL BAGI ANAK-ANAK KITA. KITA BISA KARENA ALLAH KITA LUAR BIASA.